Rabu, 10 Maret 2010

Lukisan Rindu


Dingin dan tak hentinya kurasaan tubuh ini bergetar, namun aku menikmatinya. Begitulah sebuah sketsa kehidupan yang harus aku lalui. Goresan-goresan kerinduan terus merangkai lukisan kasih sayang. Setiap saat, kapanpun dan dimanapun aku berada, aku sangat merasakan alammu. Itu karena kau selalu menari dalam setiap gerak yang ada di sekelilingku. Tahu kah kau? Aku sudah menempatkan separuh cahayaku dalam wajahmu, hingga kubiarkan kau bersinar bersama dengan bintang-bintang. Redupku agar kau bercahaya, karena aku tetapkan kau dalam satu kehidupan ini yang tak kan lagi terulang. Smua ini untukmu, kamu dan dirimu. Vie.. kertas yang hendak kita goreskan perasaan kita memang masih dalam tumpukan yang cukup banyak. Saat ini hanya titik sudut kerinduan yang kita satukan menjadi sebuah bangunan kasih sayang, esok teringin kita lukis bersama sebuah kebersamaan dalam bangunan itu. Lihat aku dari balik lukisan-lukisan itu, karena jika tak kau maknai lukisan itu, aku jauh dari dirimu. Semoga kau tahu, kalau lukisan yang telah kita buat di sebuah dermaga di kota-mu selalu kutatap dalam hari-hariku. Aku bukanlah sebuah lukisan indah, tapi selalu ku mencoba melukiskan kisah kita ini menjadi yang terindah, kemudian di sudut kiri bawa lukisan itu kita menuliskan kata-kata buat buah hati kita kedepan, dan makna sesungguhnya lukisan kita adalah sebuah penyatuan menuju Sang Pemilik Jiwa dan Yang Menciptakan Perasaan Cinta buat kita. Amien... ku pejamkan mata lalu kucoba menundukkan kepala. Ku-panjatkan doa kepada-Nya agar kita bisa dipersatukan dalam hidup yang damai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar